Mereka bilang saat mulai dewasa
akan mengubah segalanya. Entah sikap, sudut pandang, cara menanggapi suatu
masalah termasuk lingkaran sosial. Dan saat sedang sendiri atau tidak dalam
menjalani aktivitas apapun hal-hal diatas memang terpikirkan. Tapi, saat
bertemu teman atau orang untuk membahas sesuatu segala yang diatas rasanya
biasa saja, masih sama tidak ada yang berubah. Malam ini pun sama, bertemu
salah satu teman hanya karena sebuah status yang lewat menunjukkan kondisiku
sedang “nganggur” dia mengajak bertemu di angkringan. Tempat favorit kami,
untuk bicara. Tidak ada yang spesial dari pertemuan kami pun tidak ada yang
berubah selama 3jam kami bersama. Dia masih sama, salah satu teman yang
menyenangkan. Tapi satu hal yang akhirnya aku sadari bahwa, jalan hidupnya tak
lagi sama. Tujuan ataupun aktivitasnya berubah. Banyak hal terlewat entah
karena ego yang pernah ada diantara kami atau memang luput karena waktu.
“gimana hdupmu nud?”
“baik.”
“haha. Kamu ngga pernah
benar-benar baik dengan menjawab baik.”
Aku hanya senyum. Sebagai persetujuan atas pernyataannya.
Aku malas
menjelaskan apapun atau bagaimana aku berhasil melewati banyak hal. Tetap diam,
meski orang datang dan pergi sesukanya tidak seperti aku; beberapa tahun
belakangan yang “agak berlebihan”. Aku paham, bahwa memang begini kiranya
hidup. Tidak memaksa atau menuntut, tapi cukup dijalani.
Teman didepanku ini bercerita
banyak soal hobinya, rencana kuliahnya, skripsinya, tentang pilihannya sendiri
dan tidak dekat dengan perempuan manapun, atau tentang lagu yang baru-baru ini muncul dari band indie
favorit kami. Hal-hal yan sebenarnya sepele tapi sengaja kami ceritakan agar
tidak ada yang hilang, atau terlupakan.
Teh tawar didepanku makin dingin,
kopinya pun hampir habis seiring dengan malam semakin dingin. Sebentar lagi
kami akan berpamitan entah kapan akan bertemu lagi. “skala proritas orang
berbeda” demikian dia menjelaskan. Satu hal yang pasti kapanpun nanti kita
bertemu lagi rasanya akan sama, karena begitulah aku dan mungkin dia berusaha
menjaganya. Hal-hal sederhana yang berarti banyak. Baginya menemuiku sesekali
adalah keharusan karena aku dan lingkarannya tak lagi bisa bersama, sementara
bagiku dia sama seperti angkringan; salah satu bagian menyenangkan di tempat
ini.