Aku suka perjalanan kereta, setiap stasiun pemberhentiannya,
setiap penumpang yang mustahil akan sama. Rasa haru saat tiba ke tempat tujuan,
atau kadang debar menanti suatu kedatangan. Aku suka perjalanan kereta, dengan
orang asing mana yang kadang duduk di sebelah. Ada hari di mana aku enggan
berkata, ada pula hari aku suka bicara. Tapi seringnya ku kunci rapat bibir ini
sambil menatap kosong ke jendela. Kosong. Sekosong gelas-gelas kertas bekas
kopi atau teh di depanku. Sekosong hari yang terlewat begitu saja. Kadang kala
dalam tiap perjalanan kereta aku suka merenung. Tentang apa saja. Hal-hal yang
mestinya dibicarakan agar tegak lurus tanpa kelok, nyatanya berakhir diam dalam
kepala. Nyatanya, tidak ada tempat untuk membaginya atau lawan untuk bicara. Hal-hal
yang harusnya secara dewasa dilontarkan tanpa celah, nyatanya satu sisi merasa
diam adalah jawaban terbaik tanpa meminta atau diminta penjelasan. Satu bagian
dari ego mengharap semuanya sesuai mau diri, tapi hidup tidak begitu.
5 menit untuk pemberhentian stasiun pusat, sekitar 2-3 menit
untuk stasiun kecil tanpa penumpang. Jendela di dalam kereta mungkin sengaja di
desain berbingkai besar, agar penumpangnya bisa melihat keluar. Bahwa ada
banyak hal yang bisa dilihat jika saja mau, tidak terpaku akan yang ada
dihapanmu. Kadang mataku menatap nanar keluar jendela dengan pikiran melayang,
membayangkan senyum yang tidak lagi bisa kulihat atau kepura-puraan yang selalu
ditunjukkan. Lelah memang, tapi mau dikata apa? Beberapa hal baiknya cukup di
mengerti tanpa tanda tanya, tanpa hal yang dirisaukan atau hal yang kelewat
dikuatirkan. Beberapa hal harus dibiarkan mengalir seperti sisa tetesan air
hujan di jendela kereta. Ada, tanpa tiada.
Sebelum sampai di titik ini aku pernah merasakan yang lebih
berat. Pernah dihantam tatapan tajam atau ucapan tak enak di dengar-yang sepertinya
tidak akan pernah hilang. Pernah juga aku sibuk merapikan pecahan kaca yang
entah siapa melakukannya dengan tanganku sendiri hanya untuk dapat melangkah. Lain
kisah aku mengubur asa dan suara agar sekitar ini menjadi hening. Sebelum sampai
di tempat ini, aku sudah pernah.
0 komentar:
Posting Komentar