Sabtu, 09 September 2017

Berpartnerlah dengan Orang yang Tepat.

Sebagai yang tidak ingin keluar dari zona nyaman, memilih partner untuk bekerja bersama memang tidak akan jauh dari orang dalam jangkauan. Meski pepatah mengatakan “Great things doesn’t come from comfort zone” tapi kurasa tidak untukku, atau belum. Jadilah untuk satu urusan paling penting dalam perkuliahan aku memilih untuk berpartner dengan teman sendiri. Teman yang sudah kukenal dan tahu sejak diawal tahun kuliah. Teman yang sudah kuhafal nama dan nomor induk mahasiswanya. Untuk apa? Untuk kewarasanku. Kurasa.

Aku adalah jenis orang yang tergolong complicated dalam segala sisi. Dan tentu akan jadi masalah jika bersama dengan orang yang tidak biasa kuhadapi. Sementara dengannya, aku terbiasa. Lonjakan emosi atau perubahan sikap makin lama makin kupahami. Dia, laki-laki yang satu diantara beberapa kuputuskan untuk menjadi teman baik. Mengapa? Karena dia mendengar. Rasa-rasanya wajar toh perempuan memang suka didengar. Dan dia kupercayai. Dalam segala hal, maka dari itu aku memilih berpartner dengannya untuk sebuah skripsi.

Dengan segala drama yang ada, dan terlewati entah sebagian atau hanya beberapa sejauh ini dia masih yang terbaik yang pernah ada. Aku percaya, partner yang baik akan mengubahmu menjadi yang lebih baik seiring waktu. Dan dia melakukannya. Dia mengajari banyak hal, dengan caranya. Untuk sabar, tenang, menjadi dewasa dan kuat tentu saja. Dia membuatku mengerti bahwa memang beberapa hal tidak harus seperti yang kuharapkan, sesempurna rancanganku atau sebaik sebuah tulisan. Tidak. Dia membuatku memahami bahwa hidup kadang memang harus menerima dan menunggu.

Banyak teman-teman lain yang berkelompok demi menyelesaikan skripsi mereka, dan mungkin masalah yang mereka hadapi lebih kompleks. Tapi hal terberat yang harus kami hadapi adalah, dia laki-laki dan aku perempuan. Dengan dua kepala yang kadang tidak bisa sepaham, sudut pandang yang berseberangan, dan kadang aku terlewat demanding terhadapnya. Kadang, aku mengharapnya mengerti apa yang aku pikirkan tanpa bicara. Padahal semuanya akan selesai dengan dibicarakan atau dibiarkan saja. Harusnya aku tidak membawanya ikut, agar kami tidak berselisih paham. Tetaplah, jadi teman dan partner yang baik. 

0 komentar:

Posting Komentar