Sebagai yang tidak ingin keluar dari zona nyaman, memilih partner untuk bekerja bersama memang tidak akan jauh dari orang dalam
jangkauan. Meski pepatah mengatakan “Great things doesn’t come from comfort zone”
tapi kurasa tidak untukku, atau belum. Jadilah untuk satu urusan paling penting
dalam perkuliahan aku memilih untuk berpartner dengan teman sendiri. Teman yang
sudah kukenal dan tahu sejak diawal tahun kuliah. Teman yang sudah kuhafal nama
dan nomor induk mahasiswanya. Untuk apa? Untuk kewarasanku. Kurasa.
Aku adalah jenis orang yang tergolong complicated dalam segala sisi. Dan tentu akan jadi masalah jika
bersama dengan orang yang tidak biasa kuhadapi. Sementara dengannya, aku terbiasa.
Lonjakan emosi atau perubahan sikap makin lama makin kupahami. Dia, laki-laki
yang satu diantara beberapa kuputuskan untuk menjadi teman baik. Mengapa? Karena
dia mendengar. Rasa-rasanya wajar toh perempuan memang suka didengar. Dan dia
kupercayai. Dalam segala hal, maka dari itu aku memilih berpartner dengannya
untuk sebuah skripsi.
Dengan segala drama yang ada, dan terlewati entah sebagian
atau hanya beberapa sejauh ini dia masih yang terbaik yang pernah ada. Aku percaya,
partner yang baik akan mengubahmu menjadi yang lebih baik seiring waktu. Dan dia
melakukannya. Dia mengajari banyak hal, dengan caranya. Untuk sabar, tenang,
menjadi dewasa dan kuat tentu saja. Dia membuatku mengerti bahwa memang
beberapa hal tidak harus seperti yang kuharapkan, sesempurna rancanganku atau
sebaik sebuah tulisan. Tidak. Dia membuatku memahami bahwa hidup kadang memang
harus menerima dan menunggu.
0 komentar:
Posting Komentar